Minggu, 01 Desember 2013

makalah difusi kelompok 5



FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECEPATAN ADOPSI INOVASI
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Difusi Inovasi Yang di bimbing oleh Dr. Sri Redjeki, M.S

Oleh Kelompok 5 Offering A:
Dea Adelina D                  (120141411472)
Widhea Citra D                (120141411482)
Voni Rhamadani S           (120141411486)
Deris Eka P                       (120141411487)
Rima Andani S                 (120141411494)
Riza Umami Z                  (120141411498)
Eka Rizqi K                      (120141411503)





 









UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
 JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
November 2013

KATA PENGANTAR
            Puji syukur dipanjatkan ke khadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecepatan Adopsi Inovasi. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu masukan dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.
            Penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
Dr. Endang Sri Rejeki, M.S selaku pembimbing mata kuliah Difusi Inovasi.
            Makalah ini ditulis dengan maksud untuk memberikan informasi kepada pembaca. Semoga segala amal kebaikan mendapat pahala dari Allah SWT, serta semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi semua pembaca.
                                                                                                                                    Penulis

                                                                                                            Malang, November 2013












                                                                        DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……...............................................................2
DAFTAR ISI ………… ....................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah……… ................................................4
1.2 Rumusan masalah ………… ......................................................5
1.3  Tujuan Penulisan ..…… ............................................................5
BAB II  PEMBAHASAN
2.1 Pendukung dan Penghambat........................................................6
2.2 Dasar Difusi Inovasi....................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……… ...................................................................13
3.2 Saran ..........................................................................................13
Daftar Rujukan.................................................................................14













BAB I
PENDAHULUAN
1.1               LATAR BELAKANG
Inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah ((Subandiyah 1992:80)
Proses dan tahapan perubahan itu ada kaitannya dengan masalah pengembangan (development), penyebaran (diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan (planning), adopsi (adoption), penerapan (implementation) dan evaluasi (evaluation) (Subandiyah 1992:77).
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebut dalam sebuah kebudayaan. Teori difusi inovasi muncul pada tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan kepada khalayak mengenai kurva difusi berbentuk S (S-Shaped Diffusion Curve). Kurva ini intinya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang dan sekelompok orang yang dilihat dari dimensi waktunya. Pada kurva ini terdapat dua sumbu di dalam sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan di dalam sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran tarde menjadi sangat penting karena secara sedrhana dapat menggambarkan kecenderungan yang saling berhubungan dengan proses difusi inovasi. Perkembangan berikutnya dari sebuah teori difusi inovasi terjadi pada tahun 1960, dimana studi atau pendidikan difusi mulai dihubungkan dengan berbagai topik atau tema yang lebih kontemporer.





1.2               RUMUSAN MASALAH
1.Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat kecepatan adopsi inovasi?
2. Bagaimana cara penyelesaiannya?

1.3               TUJUAN
1.      Untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat kecepatan adopsi.
2.      Untuk mengidentifikasi cara penyelsaian masalah percepatan adopsi inovasi.


  


















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat
Efektifitas inovasi bergantung pada proses difusi. Sedangkan proses difusi inovasi melibatkan beberapa unsur, seperti dikemukakan para tokoh sebagai berikut :
1. Unsur-unsur difusi inovasi menurut W. R. Spence, 1994 (shape) :
a. inovasi hanya satu ide baru, amalan atau bahan boleh dilakukan pada satu masa.
b. Saluran komunikasi media massa, kerajaan, komersial, informal.
c. Tempoh masa
d. Ahli-ahli sistem sosial.
e. Jenis keputusan inovasi
f. Pengaruh nilai budaya
g. Peranan pemimpin berpengaruh dan agen perubahan
2. Unsur-unsur difusi inovasi menurut Everett. M. Rogers 1983 (shape)
a. Inovasi
• Diffusion curves
• Characteristics of innovations
b. Saluran komunikasi
• Saluran media massa
• Saluran interpersonal
• Heterofili dan difusi
c. Masa
• Proses keputusan inovasi
• Kadar penerimaan
d. Sistem sosial
• Struktur sosial dan difusi
• Sistem norma/nilai dan difusi
• Pemimpin berpengaruh dan agen perubahan
• Jenis keputusan inovasi
            Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi, 1) Inovasi, 2) Saluran Komunikasi, 3) Kurun Waktu Tertentu, 4) Sistem Sosial   
Inovasi yaitu ide, praktek, atau benda yang dianggap baru oleh individu atau kelompok.
Saluran komunikasi yaitu bagaimana pesan itu di dapat suatu individu dari individu lainnya.
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang diperlukannya adalah ide baru (inovasi. Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi : 1) inovasi itu sendiri; 2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; 3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi; 4) saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.
            Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran media massa (mass media chanel); dan 2) saluran antar pribadi (interpersonal chanel). Media massa dapat berupa, radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antar pribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.
            Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal; 1) proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2) keinovatipan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); 3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.
            Sistem sosial yaitu serangkaian bagian yang saling berhubungan dan bertujuan untuk mencapai tujuan umum, sistem sosial sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah; 1) struktur sosial (social struktur); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); 4) agen perubah (change agent).
Jadi faktor pendukung meliputi kecepatan adopsi inovasi antara lain:
a.       Karakteristik sasaran masyarakat
Pemikiran yang maju dan tradisional sangat berpengaruh karena kesediaan untuk menerima suatu inovasi merupakan kunci kecepatan adopsi.
b.      Manfaat suatu inovasi bagi kehidupan
Dengan adanya manfaat yang akan diterima oleh masyarakat maka akan tercipta kesediaan untuk menerima dan mengadopsi inovasi.
c.       Keterbukaan masyarakat

2.2 Faktor Penghambat Kecepatan Adopsi
Terdapat enam faktor penghambat yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah:
1. Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi
Di antara ke enam faktor, faktor kurang tepatnya perencanaan proses inovasi merpakan faktor yang paling penting dan kompleks sebagai hambatan pelaksanaaan program inovasi. Hambatan yang disebabkan kurang tepatnya nya perencanaan atau estimasi (under estimating) dalam inovasi yaitu tidak tepatnya poertimbangan tentang implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antar anggota team pelaksana inovasi, dan kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai atau kurang adanya kerjasama yang baik.
Secara terinci item yang termasuk dalam faktor estimasi yang tidak tepat yaitu tidak adanya koordiansi antar petugas yang berlainan di bidang garapannya, tidak jelas struktur pengambilan keputusan, kurang adanya komunikasi yang baik dengan pimpinan politik, perlu sentralisasi data penentuan kebijakan, terlalu banyak peraturan dan undang-undang yang harus diikuti, keputusn formal untuk memulai kegiatan inovasi terlambat, tidak tepatnya perimbangan untuk menghadapi masalah penerapan inovasi, tekanan dari pimpinan politik (penguasa pemerintahan) untuk mempercepat hasil inovasi dalam waktu yang singkat.
2. Konflik dan motivasi yang kurang sehat
Hambatan ini muncul karena adanya masalah-masalah pribadi seperti pertentangan anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap pribadi yang dapat mengganggu kelancaran proses inovasi.
Secara terinci item yang termasuk masalah konflik dan motivasi ialah: adanya pertentangan antar anggota team, antara beberapa anggota kurang adanya saling pengertian serta saling merasa iri antara satu dengan yang lain, orang yang memiliki peranan penting dalam proyek justru tidak menunjukkan semangat dan ketekunan kerja, beberapa orang penting dalam proyek terlalu kaku dan berpandangan sempit tentang proyek, bantuan teknik dari luar tidak tepat, orang yang memegang jabatan penting dalam proyek tidak bersikap terbuka untuk menerima inovasi, kurang adanya hadiah atau penghargaan terhadap orang yang telah menerima dan menerapkan inovasi.
3. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan
Hal-hal yang berkaitan dengan macetnya inovasi antara lain sangat rendahnya penghasilan per kapita, kurang adanya pertukaran dengan orang asing, tidak mengetahui adanya sumber alam, jarak yang terlalu jauh, iklim yan g tidak menunjang, kurang sarana komunikasi, kurang perhatian dari pemerintah, sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Adapun item yang termasuk dalam faktor tidak dapat berkembangnya inovasi adalah lambatnya pengiriman material yang diperlukan, material tidak siap tepat waktu, perencanaan dana biasanya tidak tepat walaupun sudah tidak dipertimbangkan adanya inflasi (underestimate), sistem pendidikan kolonial yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, orang yang sudah dilatih untuk menangani proyek tidak mau ditempatkan sesuai kebutuhan proyek, terjadi inflasi, peraturan kolonial yang tidak sesuai, jauhnya jarak antar tempat satu dengan yang lain, tenaga pelaksana kurang mampu menangani proyeksesuai dengan yang direncanakan, terlalu cepat terjadi perubahan penempatan orang-orang penting dalam proyek sehingga dapat mengganggu kontinuitas.
4. Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi
Dalam analisa data ini masalah finansial dibedakan dengan faktor yang menghalangi berkembangnya inovasi secara keseluruhan (faktor yang ke-3), walaupun keduanya merupakan faktor yang serius menghambat jalannya proses inovasi.
Adapun item yang ternmasuk dalam faktor finansial adalah : tidak memadainya bantuan finansial dari daerah, tidak memadainya bantuan finansial dari luar daerah, kondisi ekonomi daerah secara keseluruhan, prioritas ekonomi secara nasional lebih banyak pada bidang lain daripada bidang pendidikan, ada penundaan dalam penyampaian dana, terjadi inflasi.
Tentang bantuan dana untuk suatu proyek inovasi sering terjadi adanya peraturan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan bila masyarakat setempat (daerah) memiliki dana sendiri (swasembada). Daerah tidak mempunyai dana maka pemerintah tidak membantu. Dapat hjuga masyarakat tidak mau mengusahakan dana karena tidak ada bantuan dari pemerintah, jadi merasa berat dan frustasi. Oleh karena itu bantuan dan perhatian dari pemerintah sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan daerah.
5. Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi
Faktor ke-lima ini berbeda dengan faktor yang lain dan memang merupakan penolakan dari kelompok inovasi penentu atau kelompok elit dalam suatu sistem sosial. Penolakan inovasi ini berbeda dengan keberatan inovasi karena kurang dana atau masalah personalia dan sebagainhya. Jadi penolakan ini memang ada kecenderungan muncul dari kelompok penentu.
            Adapun item yang termasuk dalam faktor ke- lima ini adalah : kelompok elit yang memiliki wewenang dalam masyarakat tradisional menentang inovasi atau perluasan suasana pendidikan, terdapat pertentangan ideologi mengenai inovasi, proyek inovasi dilaksanakan sangat lambat, peraturan kolonial meninggalkan sikap masyarkat yang penuh kecurigaan terhadap sesuatu yang asing, keberatan ternhadap inovasi karena sebab kepentingan kelompok.
6. Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi
            Faktor terakhir yang juga paling lemah pengaruhnya terhadap hambatan inovasi adalah faktor yang terdiri dari dua hal yaitu hubungan antar team dan hubungan dengan orang di luar team.
Item yang termasuk dalam kelompok ini adalah: ada masalah dalam hubungan sosial antar anggota team yang satu dengan yang lain, ada ketidakharmoniasan dan terjadi hubungan yang kurang baik antar anggota team proyek inovasi, sangat kurang adanya suasana yang memungkinkan terjadinya pertukaran pikiran yang terbuka.
Pada umumnya, faktor penghambat inovasi yang sering muncul di lapangan adalah berupa penolakan atau resistance dari calon adopter, misalnya penolakan para guru tentang adanya perubahan kurikulum dan metode belajar-mengajar, maka perlu kiranya masalah tersebut dibahas.
2.2              CARA PENYELESAIANNYA
Konsekuensi inovasi sebagai perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial sebagai akibat dari adopsi suatu inovasi pasti akan memberikan dampak. Namun konsekuensi inovasi jarang diteliti karena; (a) agensi perubahan memberi perhatian terlalu banyak pada adopsi dan mengasumsikan konsekuensi adopsi pasti positif, (b) metode riset survei mungkin tidak cocok untuk meneliti konsekuensi inovasi dan(c) sulitnya mengukur konsekuensi inovasi. Konsekuensi inovasi dapat dibagi menjadi; (a) diinginkan vs. tidak diinginkan, (b) langsung vs. tidak langsung dan (c) diantisipasi vs. tidak diantisipasi; Hal lain yang berkaitan dengan konsekuensi inovasi adalah tingkat perubahan dalam sistem yang mungkin mengalami; (a) kesetimbangan stabil (inovasi tidak menyebabkan perubahan dalam struktur dan/atau fungsi sistem sosial), (b) kesetimbangan dinamis (perubahan yang disebabkan inovasi setara dengan kemampuan sistem sosial untuk menanganinya), atau (c) disequilibrium (perubahan yang disebabkan inovasi terlalu cepat untuk dapat ditangani sistem sosial). Dengan demikian, tujuan dari inovasi adalah untuk mencapai kesetimbangan dinamis. Akhirnya, hal lainnya lagi yang harus dikaji dalam konsekuensi inovasi adalah cara mengatasi kenyataan bahwa inovasi sering memperlebar kesenjangan sosio-ekonomik masyarakat.
Beberapa cara mengatasi kenyataan bahwa inovasi sering memperlebar kesenjangan sosio-ekonomik masyarakat tersebut adalah (a) menangani kecenderungan orang kaya mempunyai akses lebih banyak dibanding orang miskin pesan disampaikan lewat cara masal seperti lewat radio atau televisi; penggunaan bahasa yang dimengerti orang miskin; penggunaan multi-media yang didasarkan kondisi sosial budaya orang miskin; penyampaian dalam kelompok kecil di mana orang miskin biasanya berkumpul, dan pengubahan fokus dari sasaran inovasi tradisional (yaitu pada kelompok yang paling berpotensi untuk berubah) ke kelompok yang paling tidak berpotensi untuk berubah.  (b) menangani kecenderungan orang kaya mempunyai akses lebih banyak pada hasil evaluasi inovasi dibanding orang miskin: pemimpin opini orang miskin harus ditemukan (meski pun relatif lebih sulit dibanding dengan menemukan pemimpin opini orang kaya) dan hubungan agen perubahan dikonsentrasikan pada mereka, aide dari kalangan orang miskin digunakan untuk menghubungi kelompok homofilinya dan kelompok formal di kalangan orang miskin diperkuat dan/atau dibina serta (c) menangani kecenderungan orang kaya mempunyai sumber daya lebih dibanding orang miskin: pemilihan inovasi yang cocok untuk orang miskin; membangun organisasi (misalnya koperasi) di kalangan orang miskin; memberi kesempatan orang miskin berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan inovasi; pengembangan programdan/atau agensi yang diperuntukkan khusus orang miskin dan pergeseran dari difusi inovasi yang datang dari riset dan pengembangan (R & D) formal ke penyebaran informasi tentang gagasan yang didasarkan pada pengalaman lewat sistem difusi desentralistik: sering untuk ikatan intelektual dari kebijakan konvensional adalah eksperimen di lapangan















BAB III
PENUTUP
3.1       KESIMPULAN
            Dengan memperhatikan pembahasan di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa proses keputusan inovasi merupakan bagian dari difusi inovasi yaitu proses seseorang mulai dari tahu tentang inovasi sampai dengan mengambil keputusan apakah menerima atau menolak inovasi tersebut. Proses difusi suatu inovasi memerlukan waktu, cepat atau lambatnya proses difusi inovasi sangat dipengaruhi oleh antara lain; tipe-tipe hubungan antara inovator dengan potensial adopternya, karakter atau sifat-sifat inovasi itu sendiri dan lain lain
            .Dari ke-enam faktor penghambat inovasi yang disebutkan pada bab II, kita bisa menyimpulkan bahwa faktor utama hambatan inovasi adalah kelemahan dalam bidang perencanaan (faktor ke-1), sedangkan faktor ke-2 (masalah personal dan motivasi) merupakan akibat atau rangkaian dari faktor ke-1.
            Dengan adanya perencanaan dan pengorganisasian yang kurang baik maka dapat menyebabkan kemungkinan timbulnya pertentangn antar pribadi dan melemahkan motivasi, bahkan mungkin membuikapeluang datangnya koripsi.
3.2       SARAN
Diharapkan dengan adanya materi tentang faktor-faktor percepatan adopsi difusi inovasi ini maka akan membuka wawasan kita untuk mengevaluasi adanya  hambatan dan pendukung.










DAFTAR PUSTAKA

Agusriati, Keni. 2012. Teori Difusi Inovasi (Online).                        (http://komunikasi.us/index/php/matakuliah/kmm/19-ptik/4005-difusi-inovasi),       diakses 13 November 2013.
aatmandai. 2010. Sistem Adopsi Inovasi. (online)
            (http://aatmandai.blogspot.com/2010/sistem-adopsi-inovasi.html). Diakses 13         November 2013.
Wahyudi. 2010. Proses Difusi Inovasi (Online).       http://wahyudiyonocentre.blogspot.com/2010/05/proses-difusi-inovasi-di-dalam-        dunia_14.html. Diakses 13 November 2013
Rukmana, Yayan. 2010. Faktor-Faktor Penghambat Difusi Inovasi (Online).             http://yayanrukmana.blogspot.com/2009/05/faktor-faktor-penghambat-program.html.         Diakses 13 November 2013.
Paridah, Enok. 2010. Difusi Inovasi Pendidikan (Online).   http://enokparidah.blogspot.com/2010/05/difusi-inovasi-pendidikan.html. Diakses 13 November 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar